Wani Wanohkeun Sunda Urang!

Sendiri aku berjalan dalam kesenyapan malam kala itu. Tiba-tiba, dua orang mendatangiku seraya menyodorkan dua carik kertas. Kaget bukan kepalang (biasa aja kale!), ternyata isinya tentang "Aksara Manuskrip Sunda" dan artikel tentang budaya Indonesia khususnya budaya Sunda yang perlu dipertahankan.


Lalu, kuteruskan dengan tertatih kakiku menuju sebuah pagelaran Sunda. Pagelaran kali ini berjudul "Wani, Wanohkeun Sunda Urang", yang berarti "Berani, memperkenalkan sunda kita". Ya, yang kutunggu dan kuharap-harap sudah mulai, tapi tak terelakkan, akupun telat melihat acara bubuka-nya. "Dimana yah, tempat yang PW?" tanyaku dalam hati sambil memutarkan pandangan kesana-kemari. "Disana ajalah, dekat-dekat sama panggungnya" kudapati dudukan lesehan yang nampak strategis, dengan serta-merta aku sudah ada di sebelah seorang bapak tengah baya, di sebelahnya lagi ibu sama anaknya, "Punten, punten Bu, Pak!". Ternyata, ramai nian penonton yang datang dan tiba-tiba membludak. Lapangan CC Barat ITB seketika penuh dan penontonnya meluap sampai kesana-sana.

Wah, rasa gembira bercampur bangga saat menyaksikan acara pagelaran yang tengah berlangsung. MC dengan 2 orang teteh-teteh dan seorang akang, umpama air yang mengalir, terus mengoceh dengan logat dan bahasa Sundanya membuka acara Pagelaran. As common, runtuyan acara disebutkan berikut iklan dari sponsor pun tak ketinggalan. Berawal dari Bubuka Pagelaran (yang sayangnya tak kusaksikan :( ), lanjut dengan sambutan Ketua LSS, ketua Pegelaran dan wakil Rektor ITB, Kapsul Celempungan Sastra, Tari Kandagan, Rampak Kendang, Tari Bentang Timur, dan Longse "Bekel Sakola" sekaligus penutupan.



Lain mereka (baca:MC) yang asyik berceloteh, lain lagi aku. Aku seolah-olah mencari butiran batu dalam beras, berusaha mengartikan apa yang mereka bicarakan, juga didukung dari gerak gestur mereka. "Sampurasun" kata mereka, tau-tau langsung dijawab "Rampes". Kadang, sedikit banyak aku mengerti kok. Banyak kata-kata lucu yang keluar, kocak jadinya. Sontak, semua orang tertawa, akupun juga.


Salut aku, mereka bisa bikin acara yang sebegitu kreatif dan inovatif. Dari awal, diperkenalkan setiap personel beserta komitenya, banyak juga, mungkin ada lebih dari 50 orang. Bagus, meskipun sebentar aja disebutkan, tapi inilah satu bentuk penghargaan untuk jerih payah mereka. Dengar-dengar sejak 4 bulan yang lalu mereka sudah mulai persiapkan pagelaran ini. Hampir bersamaan dengan persiapan Malam Pagelaran UKM "Marantiang Budayo Mamaga Pusako".

Saatnya Kapsul (Kacapi Suling) Celempungan Sastra ditampilkan. Terdengarlah suara khas instrumen musik sunda seperti angklung, calung, suling, kecapi, dan lainnya. Paduan dari kesemuanya disempurnakan dengan dendang lagu sang vokalis. Sudah itu, berusaha menyambungkan tali acaranya, si MC maju lagi, tapi kali ini tidak sama si Akang. Ternyata, dia sudah ada di BIP (ngapain coba?). Kayak laporan berita di TV, cuma saat itu di layar LCD. Ada label "LAIV" di pojok kiri atas layar itu seolah-olah itu berita langsung (benar atau tidak ya?). Ada sasaran empuk, nah dua orang cewek Bandung. Ditanyainya mengenai seni budaya Sunda. Namun disayangkan, jawabannya tak memuaskan. Tapi, ditanyakan lagi dengan seorang lain. Oh ternyata dapat dijawab lumayan memuaskanlah. Cukup disitu (malas aku bahas lagi!), lanjut dengan Tari Kandangan. Semangat, tangkas, gagah. Kostum mirip gatot kaca, tapi para penari cewek. Pandai sekali mereka menarikannya dengan tegas tapi feminim.


Pertunjukkan khas LSS nih, Rampak Gendang menjadi puncak acaranya. Memang disini, libido penonton dibuat memuncak. Kocak habis, para "pamaen" datang dari arah kiri menuju panggung, masing-masing dengan coretan di wajahnya dan tampilan yang acak dan lucu. "Jeng..jengjeng"(3x), sambut menyambut "pak..pak..du..pak..tum..tum". Pokoknya, suasananya jadi meriah amat. Kemudian, tari Bentang Timur yang merupakan jaipongan sunda ditampilkan pula. Kostumnya yang didominasi warna merah dan hijau. Menurutku melayu banget, aku suka itu.

Dan yang terakhir, Longse Sunda. Yakni sebuah drama teatrikal sunda berjudul "Bekel Sakola". Inti ceritanya mengenai perjuangan hidup seorang anak desa. Tak kutonton sampai habis yang satu ini. Ngantuk banget waktu itu. Kulihat waktu di HP telah menunjukkan pukul 23.00. Oh, ternyata hari itu tanggal 21 Juni 2008. Ya, inilah ceritaku tentang pagelaran LSS Sunda ITB yang kedua kalinya kusaksikan.

0 komentar: