Saluang: Instrumen Musik Asli Minangkabau

Saluang merupakan alat musik tiup yang tumbuh dan berkembang di Minangkabau. Terbuat dari potongan pohon bambu pilihan, berdiameter kira-kira 2-3 cm dengan panjang kurang lebih 90 cm. Bentuknya serupa dengan seruling atau flute, hanya saja pangkal potongan pohon bambu ini tidak ditutup seperti flute atau seruling pada umumnya, alias ujung dan pangkalnya bolong.

Instrumen ini dapat menghasilkan bunyi dengan cara ditiup pada sudut tepi atau rongga bagian atasnya. Sehingga sesuai dengan prinsip fisika akustik, tiupan yang keluar dari mulut akan menggetarkan dinding bagian dalam saluang sedemikian rupa menghasilkan bunyi. Saluang distel dengan diberi beberapa lubang biasanya ada 4 lubang. Dengan begitu saluang dapat menghasilkan frekuensi nada-nada diatonis. Ini juga salah satu ciri khas instrumen ini. Tidak sembarangan orang yang bisa meniup Saluang ini, membutuhkan latihan khusus agar bisa mengeluarkan suara khas Saluang, yang bernuansa kelam, misterius dan ghotic.

Instrumen saluang dipergunakan untuk pengiring dendang (nyanyian), umumnya didendangkan oleh beberapa wanita. Dendang biasanya berisi petuah-petuah, gurauan yang esensial. Ada berbagai jenis Saluang, sesuai asal dan budaya masyarakat setempat, yang terkenal adalah Saluang Sirompak, Saluang Pauah dan Saluang Darek.

Jenis saluang yang dapat dikatakan maut, berasal dari daerah Payakumbuah, bernuansa Magis, sebagai pengantar sihir, diwarnai dendang berlirik magic, dikenal dengan nama Saluang Sirompak, Berasal dari kata dasar rompak, yang berarti paksa. Basirompak adalah upaya memaksa batin seseorang -dengan bantuan kekuatan ghaib- agar menuruti kemauan mereka yang merompak. Ritual ini dilakukan oleh seorang pawang (tukang sirompak ) yang dibantu oleh seorang peniup saluang sirompak dan seorang tukang soga. Pawang bertugas mendendangkan mantra-mantra dan memainkan sebuah gasing (gasiang tangkurak) yang salah satu bagiannya dibuat dari potongan tengkorak manusia.

Kerapnya ritual ini dibawakan dengan media Saluang, sehingga dikenal dengan nama Basirompak, kesenian yang berhubungan dengan kegiatan ritual perdukunan atau magic song. Bila seorang lelaki dihina dan dicacimaki oleh seorang perempuan yang disukai oleh lelaki itu, maka si lelaki minta tolong pada setan dengan bantuan si dukun melalui sirompak. Sehingga, perempuan penghina itu jadi tergila-gila padanya dan sulit melupakan si lelaki tersebut.

Lain saluang basirompak, lain lagi saluang darek. Darek berarti daerah pedalaman, sehingga Saluang Darek adalah Saluang yang aslinya memang berasal dari dalam nagari minang. Saluang darek ini sering digunakan pada banyak penampilan kini, yang biasanya dikolaborasikan dengan musik kontemporer. Saluang darek dan dendang hampir tak dapat dipisahkan. Umumnya, saluang jenis ini dipakai sebagai pengiring dendang bagurau. Dimana dalam kesenian ini pendendang saling

Biasanya Saluang Sirompak ini jarang dimainkan sebagai pertunjukan pada tempat umum, sampai sekarang keberadaan jenis saluang ini tetap dilestarikan. Banyak orang dari mancanegara mempelajarinya, terlebih dari benua Eropa seperti Belanda, Findlandia, Austria, Belgia. Karena untuk menguasainya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Biasanya untuk dapat meniupnya saja, memerlukan waktu sekitar 1 tahun, yang diiringi belajar teknik bernafas. Hal inilah yang membuatnya memiliki daya pikat tersendiri

I Love My Short Course: "Oh Metpeng, Oh Fenom"

Oh, semester genap tahun ini (baca: 2008) telah berlalu. Untungnya, Semester Pendek pun dibuka. Daripada aku menganggur di rumah atau ngenet gak jelas, mending ambil SP aja. Hanya beberapa mata kuliah yang diperbolehkan pada SP kali ini, baik yang mengulang atau percepatan. Matematika Fisika, Elektronika, Fisika Modern, dan 2 MK yang sedang kuunduh. Tapi aku 'cuma' ambil 2 mata kuliah: Metode Pengukuran dan Fenomena Gelombang, masing-masing disingkat Metpeng dan Fenom.

Tampaknya menyenangkan hanya dengan melihat namanya aja. Mata kuliah ini seperti membukakan pintu pengetahuan bagiku agar mampu mengembangkan teknologi lebih lanjut. Yang lebih penting, aku jadi lebih mengerti bagaimana suatu alat ukur dapat bekerja dengan baik dengan tingkat error yang kecil, paham akan prinsip pengukuran dan kemudian mengenai karakteristik instrumen pengukuran. Di perkuliahan Fenom, kita mempelajari cara gelombang 'bertingkah laku' dari sifat perambatannya, bentuk gelombangnya, berikut istilah fefraksi, refleksi, atenuasi, transmisi, sensitivitas pemancar, SPL, desibel dan lebih spesifik lagi mengenai gelombang akustik, yakni gelombang mekanik yang menjalar dalam medium fisik.

Kenyataan memang lebih parah. Semakin aku menyukainya, semakin rumitlah isinya. Mungkin itu yang bisa kuungkap. But, I still love you how much difficult you are. Tahukah kenapa aku lebih suka mempelajari fisika dan teknik. Ya, itu semua demi mencapai cita-cita ku sebagai penemu yang inovatif nantinya (Amin). Begitu banyak ide-ide inspiratif yang seketika muncul saat, entah itu lagi nonton, kuliah, berkomputer, tidur, and otherwise. Begitu banyak pertanyaan ini itu, kala memperhatikan suatu alat bekerja. Itu HP kok bisa hidup ya, bisa bergetar lagi. Sensor pendeteksi pencuri apa yang dilakukannya setelah mendeteksi, kok bisa dari gerakan diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang bisa terbaca oleh perangkat digital. Sophisticated gadget (baca: alat canggih) for such a detectif. Mungkinkah ada devais yang bisa merubah suara manusia. Mungkinkah mesin waktu itu dibuat. Sistem apa yang bisa kubuat untuk menghemat energi, bagaimana prinsip konversinya, bisakah dibuat cycle sehingga energi yang sudah dikonversi dari sumbernya kemudian dipakai dan buangannya bisa dikonversi ke energi sumbernya semula.

Aku rasa di jurusan teknik fisika, bisa menjawab semua pertanyaanku itu, bisa kuketahui dan kupahami lebih banyak dari itu. Makanya, aku gak mau sia-siakan kuliah di sana. Tidak sekedar mencari nilai 'A'. Aku harus bisa pula menguasai semua ilmu yang telah diberikan. Tetap pada keyakinanmu dan semangatlah. Karena dengan semangatku, pandanganku jadi terang, dan pekerjaan akan terasa ringan.

Titik Waktu

Jangan kauragu akan waktu ini
Dia telah berjalan semestinya
Dia itu tidak ada
Tak dapat dihentikan
Tak pula bisa dihancurkan

Tiap saat..tiap menit..tiap jam
Terus menghilang dari peraduan
Hanya satu titik dilaluinya
Usai itu titik itu hilang selamanya

Satu titik tlah jadi kenangan
Satu titik jadi dudukan
Kemudian...
Ada tak terbilang jumlahnya titik di sekelilingmu
Yang mana kan kaupilih
Arah mana?

Tapi ingat..
Tiap-tiap titik itu punya garisnya sendiri
Punya nilai dan arah

Tahu dari mana fungsinya?
Tidak lain, bukanlah tidak
Ingat balik dan pahami titik-titik yang telah jadi kenangan tadi
Lalu, tentukan hubungannya
Entah metoda apapun kaupilih
Jangan pula asal-asalan dihitung
Kau 'kan tahu titik apa dikemudian

Wani Wanohkeun Sunda Urang!

Sendiri aku berjalan dalam kesenyapan malam kala itu. Tiba-tiba, dua orang mendatangiku seraya menyodorkan dua carik kertas. Kaget bukan kepalang (biasa aja kale!), ternyata isinya tentang "Aksara Manuskrip Sunda" dan artikel tentang budaya Indonesia khususnya budaya Sunda yang perlu dipertahankan.


Lalu, kuteruskan dengan tertatih kakiku menuju sebuah pagelaran Sunda. Pagelaran kali ini berjudul "Wani, Wanohkeun Sunda Urang", yang berarti "Berani, memperkenalkan sunda kita". Ya, yang kutunggu dan kuharap-harap sudah mulai, tapi tak terelakkan, akupun telat melihat acara bubuka-nya. "Dimana yah, tempat yang PW?" tanyaku dalam hati sambil memutarkan pandangan kesana-kemari. "Disana ajalah, dekat-dekat sama panggungnya" kudapati dudukan lesehan yang nampak strategis, dengan serta-merta aku sudah ada di sebelah seorang bapak tengah baya, di sebelahnya lagi ibu sama anaknya, "Punten, punten Bu, Pak!". Ternyata, ramai nian penonton yang datang dan tiba-tiba membludak. Lapangan CC Barat ITB seketika penuh dan penontonnya meluap sampai kesana-sana.

Wah, rasa gembira bercampur bangga saat menyaksikan acara pagelaran yang tengah berlangsung. MC dengan 2 orang teteh-teteh dan seorang akang, umpama air yang mengalir, terus mengoceh dengan logat dan bahasa Sundanya membuka acara Pagelaran. As common, runtuyan acara disebutkan berikut iklan dari sponsor pun tak ketinggalan. Berawal dari Bubuka Pagelaran (yang sayangnya tak kusaksikan :( ), lanjut dengan sambutan Ketua LSS, ketua Pegelaran dan wakil Rektor ITB, Kapsul Celempungan Sastra, Tari Kandagan, Rampak Kendang, Tari Bentang Timur, dan Longse "Bekel Sakola" sekaligus penutupan.



Lain mereka (baca:MC) yang asyik berceloteh, lain lagi aku. Aku seolah-olah mencari butiran batu dalam beras, berusaha mengartikan apa yang mereka bicarakan, juga didukung dari gerak gestur mereka. "Sampurasun" kata mereka, tau-tau langsung dijawab "Rampes". Kadang, sedikit banyak aku mengerti kok. Banyak kata-kata lucu yang keluar, kocak jadinya. Sontak, semua orang tertawa, akupun juga.


Salut aku, mereka bisa bikin acara yang sebegitu kreatif dan inovatif. Dari awal, diperkenalkan setiap personel beserta komitenya, banyak juga, mungkin ada lebih dari 50 orang. Bagus, meskipun sebentar aja disebutkan, tapi inilah satu bentuk penghargaan untuk jerih payah mereka. Dengar-dengar sejak 4 bulan yang lalu mereka sudah mulai persiapkan pagelaran ini. Hampir bersamaan dengan persiapan Malam Pagelaran UKM "Marantiang Budayo Mamaga Pusako".

Saatnya Kapsul (Kacapi Suling) Celempungan Sastra ditampilkan. Terdengarlah suara khas instrumen musik sunda seperti angklung, calung, suling, kecapi, dan lainnya. Paduan dari kesemuanya disempurnakan dengan dendang lagu sang vokalis. Sudah itu, berusaha menyambungkan tali acaranya, si MC maju lagi, tapi kali ini tidak sama si Akang. Ternyata, dia sudah ada di BIP (ngapain coba?). Kayak laporan berita di TV, cuma saat itu di layar LCD. Ada label "LAIV" di pojok kiri atas layar itu seolah-olah itu berita langsung (benar atau tidak ya?). Ada sasaran empuk, nah dua orang cewek Bandung. Ditanyainya mengenai seni budaya Sunda. Namun disayangkan, jawabannya tak memuaskan. Tapi, ditanyakan lagi dengan seorang lain. Oh ternyata dapat dijawab lumayan memuaskanlah. Cukup disitu (malas aku bahas lagi!), lanjut dengan Tari Kandangan. Semangat, tangkas, gagah. Kostum mirip gatot kaca, tapi para penari cewek. Pandai sekali mereka menarikannya dengan tegas tapi feminim.


Pertunjukkan khas LSS nih, Rampak Gendang menjadi puncak acaranya. Memang disini, libido penonton dibuat memuncak. Kocak habis, para "pamaen" datang dari arah kiri menuju panggung, masing-masing dengan coretan di wajahnya dan tampilan yang acak dan lucu. "Jeng..jengjeng"(3x), sambut menyambut "pak..pak..du..pak..tum..tum". Pokoknya, suasananya jadi meriah amat. Kemudian, tari Bentang Timur yang merupakan jaipongan sunda ditampilkan pula. Kostumnya yang didominasi warna merah dan hijau. Menurutku melayu banget, aku suka itu.

Dan yang terakhir, Longse Sunda. Yakni sebuah drama teatrikal sunda berjudul "Bekel Sakola". Inti ceritanya mengenai perjuangan hidup seorang anak desa. Tak kutonton sampai habis yang satu ini. Ngantuk banget waktu itu. Kulihat waktu di HP telah menunjukkan pukul 23.00. Oh, ternyata hari itu tanggal 21 Juni 2008. Ya, inilah ceritaku tentang pagelaran LSS Sunda ITB yang kedua kalinya kusaksikan.

Nikmati Hidup

Bangkitkan spirit dalam dada
Buat diri besemangat
Malas pun tiada
Bosan tak lagi menyengat

Elokkan kerjaan
Budi pekerti santunkan
Raih indahnya kehidupan
Jangan sia-siakan
Di situ hidup mengartikan
Segala kegundahan
Dalam hati nan risau sekalipun

Inilah Blogku Yang Baru

Hi there! Setelah sekian lamanya aku memikirkan, mempertimbangkan, dan memusingkannya, akhirnya aku dapat juga membuatnya. Ya, inilah blogku yang baru, and really brand new. Padahal aku tuh hampir setiap hari online menyelami dunia maya yang tampak nyata ini. Tapi aku belum punya blog satupun apalagi website. Kenapa ya? Alasannya mudah aja ditebak. MALAS!!! Sekarang aku sedang berusaha untuk membuang jauh-jauh sifat malas yang sudah berlarut-larut ini.

Kalau dipikir-pikir sayang juga kan, fasilitas yang ada dan sangat memadai itu aku sia-siakan (maksudnya internet itu hanya digunakan untuk searching, browsing, download, posting dan -ing2 lainnya). Masa mengurus website unit ku aja bisa, buat blog tapi belum. "Hehehe... mau jadi apa kau Jri". Bagaimana bisa berkembang skill ku kalau tak terus mencari hal-hal yang bagus.

Mungkin sampai di sini aja pembuka blog ku. Terima kasih buat semua pengunjung yang bersedia meluangkan waktunya sebentar membaca blog yang sederhana ini.

How to Learn a Foreign Language

How to learn a foreign language is the one million dollar question, but actually there is no magic answer, it is suggested that many aspects should be taken into consideration, as well as some tools used to learn a new language, the good news is that there are methods and techniques that could be used for that purpose.

Language Components

Language Tools

Vocabulary

Grammar

Writing

Listening & Speaking

Memory

Practice

Motivation


Vocabulary: You will be amazed to know that normal people use only about 4000 words as their vocabulary source, even though a language could contain a million word, still only a very small part of it is used in the every day life, which is a good news. Another good and surprising new is that 50% of the words used everyday make only between 100 to 200 words. So my advice to you is that when you memorize words, try to prioritize based on your needs, give priority to words you think you may need in a normal conversations ... A smart way around vocabulary can save you a lot of time and enables you to speed up your learning process. You may want to memorize a number of words everyday, the number would depend on how much time you can dedicate to that and also how fast you want to learn the language. Let's say you decided to memorize 20 words everyday, remember that the more you memorize the harder it gets, once you memorized today's 20 words, tomorrow you will have first to see if you still remember today's vocabulary, then you can add tomorrow's 20 new words, and so on.

Grammar: it's the element that helps you manipulate the vocabulary you already learned. It doesn't make sense to have a car without knowing how to drive it; grammar shows you how to "drive" your vocabulary. How to play with words, which word to place first or last, how to shape a word depending on the situation and needs, also it helps you enrich your vocabulary, and show you tricks that can double the number of words you know just by simply showing you a rule to follow, for example, let’s say you learned some words (adjectives) like: natural, historical, exact, proud ... Grammar will tell you that if you add "-ly" to these words you will get an adverb that can work in a whole different situation, that would allow you to use what you already memorized and "create" others words from the original ones such as "naturally, historically, exactly, proudly... this rule could apply to thousands of adjectives, that's a lot of time saved, and that’s just one example. This exists in all languages not just English. Grammar will help you shape your vocabulary the way you want, just like clay, you can make different shapes out of one piece of soft clay, and so can you with one word.

Writing: now you reached the part where you can combine vocabulary and grammar, and putting what you learned into practice. For example you let’s say you have memorized the German words: Freund, aus, Deutschland, and you learned in grammar how to use the possessive (mein/e, dein/e, sein/e...) also how to use the verb (kommen: komme, kommst, kommt...), that will help you write a sentence like: mein Freund Gerhard kommt aus Deutschland (my friend Gerhard is from Germany).

Basically writing is your first practice of what you have learned from vocabulary and grammar. There are many ways you can write and learn at the same time, chatting or writing letters to penpals is a good way to start.

Listening & Speaking: when listening you're the "receiver", so always pay attention to "what" is said and "how" it's said. Because before speaking you need to know how things are pronounced, if you're a new learner it may seem that the speaker is speaking very fast, the more you improve the more your ears get adjusted, because your brain will be processing the words at a faster pace due to some experience you gained. And since you're the receiver you will be able to learn new things that you can add to your vocabulary list as well as to your grammar.

Speaking is just like writing; the one difference is that you need to use your mouth instead of your pen. This will test all what you learned (vocabulary, grammar, writing and listening), it takes more effort and your brain works harder because in addition to "putting all your skills into practice" you will have to do that way faster. When you write you have enough time to write ideas and see if they're well organized, check for errors, change ideas ... but you don't have that comfort when you speak, Speaking is more straightforward. The good news is that after enough practice, speaking will become natural, almost like your native language, you will be using some efforts but subconsciously, and maybe speaking will become the easiest thing to do.

Memory: Since vocabulary occupies a large place in every language, it can make or break your learner quest, vocabulary is often a matter of associating a meaningless collection of syllables with a word in your own language. Usually people associate these words by repetition or by saying the word in their own language and the foreign language many times over. You can improve on this tedious way of learning by using for example the following technique:

Mnemonics to link words, this method is based on using images to link a word in your own language with a word in a foreign language. For example, if you're learning Spanish, and learned that bread in Spanish is "el pan", to make it easy to memorize this new word, imagine bread on a frying "pan”, which will help you one connect one thing to another in case you forgot. This is called the LinkWord technique, it can speed up your memorization efficiency and therefore save you a lot of time, but you have to be creative and make a good association that you may not forget.

Practice: it's what keeps you in the right path, first because it allows you to "play" with what you already know, and discover what you don't know, also it helps you learn new things and best of all it prevent you from forgetting what you already learned. Practice lets you know your level, and by knowing your actual level you can determine you’re your next level would be.

Motivation: it's what keeps you going, and that's something you really need more than anything, because many language learners lose interest within the first stages of their learning quest, that will not only mean that there will be no improvement, but also may put everything you learned before at risk, because lack of motivation leads to lack of practice, and gradually you will forget most of what you know.